Roda-Roda Nada di Festival Film Dokumenter Yogyakarta


Crew Rekamfilms, 12 November 2022

Catatan Program Lanskap


Tak Terpungkiri dan Terlampaui

Membincangkan film-film dokumenter di Indonesia telah melewati berbagai dinamika yang saling menguji, baik pada mediumnya maupun ruang-ruang yang mengapresiasi dokumenter. Perbauran bentuk, bahasa tutur, pendekatan, serta eksplorasi medium telah melampaui tumbuh kembang film-film dokumenter Indonesia hingga saat ini. Film mampu membawa kompleksitas melalui simbol-simbol dan bahasanya sendiri, serta menciptakan interaksi kreatif antara film, peristiwa, dan masyarakatnya. Dokumenter bisa jadi salah satu medium yang absah mengeksplorasi fakta, peristiwa, serta realita masyarakat dengan berbagai perspektif, bentuk, hingga pendekatan yang digunakan pada film-film dokumenter.

Mendefinisikan keberagaman dalam dokumenter adalah hal abstrak, muncul dari berbagai dialektika yang melibatkan persinggungan medium, eksplorasi gagasan, hingga praktik spasialnya. Film-film pada program Lanskap tahun ini menawarkan eksplorasi bahasa sinema lewat berbagai telusur narasi yang kuat. Film panjang yang diproduksi melalui arsip visual dalam Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan, membawa narasi panjang sinema Indonesia yang mewakili keresahan zamannya; serta Tropic Fever yang menyibak jejak rasial dan spasial perkebunan kolonial serta keterkaitannya dengan masyarakat kontemporer, membawa eksplorasi lain dalam perbincangan dokumenter Indonesia saat ini.

Berjuang dan bertahan dari keterpinggiran bisa jadi adalah kehendak absolut yang dinarasikan dalam film Mayday! May day! Mayday!, Bara, dan Roda-Roda Nada, yang merekam realita serta lika-liku perjuangan. Sementara keterbatasan atas situasi, dilampaui dengan berbagai cara pada film Kemarin Semua Baik-Baik Saja, End of The Tunnel, dan Xabi: Sebuah Petualangan Fantasmagoria; serta Pulang dan Berulang yang membawa kita, bukan saja pada narasi cerita yang dibangun dan pendekatan yang dipilih, tetapi juga dialektika spasial yang dihadapi.

Perbincangan tumbuh kembang dokumenter di Indonesia akan senantiasa bergeser dari berbagai konteks bersamaan dengan dinamika yang melingkupi medium dan ekosistemnya.

Rekan Pengelola Program: Arie Kamajaya



Sinopsis

Film dokumenter ini dibuat dengan pendekatan observasi selama kurang lebih 3 tahun. Mengikuti Ubay (50 thn) seorang musisi dangdut yang tinggal di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Bersama grup orkes gerobak dangdut yang dipimpinnya, ia ingin merekam lagu-lagu ciptaan mereka. Keinginan yang lama terpendam dan harus diwujudkan sebelum usia mereka semakin renta. Proses rekaman sederhana yang dibantu Didiet (53 thn) sahabat mereka tak seluruhnya berjalan mulus. Banyak rintangan yang dihadapi. Namun mereka terus berjuang untuk mewujudkannya.

Penasaran sama kisah perjuangan mereka?. Tonton saja filmnya!. Ajak Sahabat, Saudara dan Kekasih tercinta hanya di FFD 2022

Mari hadiri pemutaran dan Q&A film "Roda-Roda Nada" Nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2022 di Festival Film Dokumenter Yogyakarta pada tgl 15 Nov jam 13:00 di Bioskop Sonobudoyo dan 18 Nov jam 13:00 di Gedung Ex Bioskop Permata.

 

 

Berita Lainnya