Judheg Film terbaru produksi Rekam Films tayang perdana di JAFF 20


Crew Rekamfilms, 17 November 2025

Film panjang debut sutradara Misya Latief berjudul Judheg akan melakukan world premiere di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 tahun 2025, berkompetisi dalam program Indonesian Screen Awards. Film ini dijadwalkan tayang di Empire XXI, Yogyakarta, pada 3  desember jam 15.15 dan 4 Desember jam 21.30.

Judheg, yang dalam bahasa Indonesia berarti Penat dan judul internasionalnya Worn Out, mengangkat isu yang jarang disentuh secara mendalam: pernikahan dini, kemiskinan, dan kelelahan ibu muda dalam menjalani peran ganda sebagai istri, ibu, sekaligus tulang punggung keluarga. Kisah Tentang Tubuh, Luka, dan Keteguhan ibu usia belia

Film berdurasi 117 menit ini berkisah tentang Warti (Darti Yatimah), seorang gadis 16 tahun yang telah menjadi ibu muda. Di tengah kemiskinan dan tekanan hidup, Warti berjuang menyusui bayinya, Cahyo (Adzfar AI Kautsar), meski stres dan gizi buruk membuat ASI-nya tak keluar. Sementara itu, suaminya Supri (Sigit Blewuk) justru larut dalam judi online dan kekerasan.

Dari balik tumpukan bulu mata palsu yang ia rangkai untuk bertahan hidup, Warti mencari kekuatan untuk mengambil keputusan besar dalam hidupnya: bertahan dalam rumah tangga beracun atau menyelamatkan diri dan anaknya.

Judheg menyoroti bagaimana tubuh perempuan merekam luka sosial dan emosional, tetapi juga menyimpan daya hidup yang luar biasa. Film ini menjadi potret getir tentang perempuan muda yang kehilangan masa remajanya, namun tetap berjuang memberi kehidupan terbaik bagi anaknya.

 

Diproduksi oleh Rekam Films, Judheg mencatat sejarah sebagai film panjang pertama dari Purbalingga atau Banyumas Raya yang menggunakan bahasa Banyumasan (Ngapak) sebagai bahasa utama, menjadi simbol kebanggaan terhadap bahasa ibu dan akar budaya lokal.

Film ini juga melibatkan pemain dan kru yang seluruhnya berasal dari Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara.

Rekam Films adalah rumah produksi berbasis di Depok yang didirikan oleh Yuda Kurniawan dan Misya Latief. Rekam Films dikenal lewat karya-karya dokumenter dan film fiksi yang berangkat dari realitas sosial, seperti “Balada Bala Sinema” (2017), “Nyanyian Akar Rumput” (2018), “Roda-Roda Nada” (2022), “Harmoni” (2024) dan "Menuju Pelaminan" (2025). 

 

 

 

Berita Lainnya