Film Dokumenter Nyanyian Akar Rumput sedari awal memang kami rencanakan rilis 2018 untuk mengingat 20 tahun tragedi Mei 98. Tanpa kami duga, di tahun 2018 itu, film ini kemudian terpilih untuk berkompetisi dan World Premiere di Busan International Film Festival. Setelahnya, film kami melalang buana dilebih 25 festival film diberbagai negara dan meraih beberapa penghargaan, salah satunya Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film Indonesia 2018. Dan pada 16 Januari 2020 Nyanyian Akar Rumput diputar di jaringan bioskop komersial setelah hampir setahun menunggu dapat jadwal tayang. Setelah turun layar bioskop kami merencanakan untuk menggelar pemutaran diberbagai komunitas, sekolah, kampus dan sebagainya. Namun apa daya, Virus Corona menyerang dan 70 titik pertama dari rangkaian roadshow yg telah kami rancang gagal digelar.
Hingga detik ini banyak permintaan dari kawan-kawan di seluruh Indonesia untuk bisa menyaksikan film Nyanyian Akar Rumput dan akhirnya kami memutuskan untuk menayangkan film Nyanyian Akar Rumput di layanan streaming berbayar dan pilihan kami jatuh pada Bioskop online (bioskoponline.com)
13 Mei kami pilih sebagai tanggal tayang untuk mengenang tragedi kerusuhan Mei 98 yang terjadi direntang tanggal 13-15 Mei. Pada peristiwa ini banyak terjadi penjarahan, perusakan, pembakaran, kekerasan seksual, penganiayaan, pembunuhan, penculikan, dan berbagai intimidasi.
Kerusuhan Mei 1998 jadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia, pelanggaran Hak Asasi Manusia terjadi secara besar-besaran yang dipicu oleh Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998.
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa 13-15 Mei 1998 mencatat, sebanyak 1.217 orang tewas terbakar, 31 korban hilang, dan 52 perempuan etnis Tionghoa diperkosa. Kerusuhan ini terjadi di beberapa kota, seperti Jakarta, Solo, Medan, dan Yogyakarta.
Dengan menonton film Nyanyian Akar Rumput besar harapan kami, kita akan selalu mengingat dan menolak lupa bahwa Rezim Orde Baru lengser Lewat jalan panjang dan berdarah. Usai Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 dan Indonesia bergerak dalam jalur demokrasi, ada 13 orang yang dinyatakan hilang. Termasuk diantaranya adalah Wiji Thukul. Hingga detik ini keadilan di Indonesia tak kunjung terang bagi para korban dan penyintas kejahatan kemanusiaan di masa lalu. Bahkan Presiden Joko Widodo yang digadang-gadang mampu menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu hingga dimasa akhir kekuasaannya belum mampu menuntaskannya!.